Linda Mulyawati ( Praktisi Pendidikan Banten)
Di tengah hiruk-pikuk merayakan hari kemerdekaan, ada satu tokoh yang perannya sering kali tidak terlihat secara langsung di panggung sejarah, namun memiliki dampak yang sangat dalam dan abadi, yaitu para dosen yang bukan hanya mengajar di dalam kelas, tetapi juga menjadi arsitek sejati yang membangun fondasi kemerdekaan yang paling hakiki, kemerdekaan intelektual.
Di usianya yang sudah 80 tahun, Indonesia seharusnya menoleh dan memberikan penghormatan kepada para dosen yang telah serta terus berjuang membebaskan bangsa ini dari belenggu kebodohan dan keterbelakangan.
Sejarah menunjukkan bahwa perjuangan bangsa Indonesia menuju kemerdekaan tidak hanya terjadi di medan perang, tetapi juga di meja diskusi dan perpustakaan. Tokoh-tokoh penting dalam pergerakan nasional seperti Soekarno, Mohammad Hatta, dan Sutan Sjahrir adalah hasil dari pendidikan tinggi.
Baca Juga: IDRI Banten Gelas PkM Kolaboratif Nasional 3 di Tanjung Lesung
Mereka adalah mahasiswa yang memiliki pemikiran kritis, yang terbentuk melalui pembelajaran di perguruan tinggi, baik di dalam maupun luar negeri. Dosen-dosen pada masa itu memiliki peran yang sangat penting, tidak hanya mengajar mata kuliah, tetapi juga mengajarkan semangat nasionalisme dan keberanian untuk mempertanyakan kondisi yang ada.
Di tengah tekanan dari pemerintah kolonial, para dosen berperan sebagai penjaga api perlawanan secara intelektual. Mereka mengajarkan ilmu seperti filsafat, hukum, dan politik dengan cara yang membangun kesadaran akan hak-hak rakyat.
Kelas-kelas kuliah menjadi tempat lahirnya ide-ide besar yang kemudian mendorong masyarakat untuk bergerak. Dengan demikian, para dosen bukan hanya sekadar guru, tetapi juga seperti mentor yang membuka pikiran, mempersiapkan generasi muda untuk memimpin perjuangan kemerdekaan.
Setelah proklamasi kemerdekaan, peran para dosen tidak berkurang, justru semakin penting. Indonesia yang baru merdeka membutuhkan banyak arsitek, insinyur, dokter, dan pemimpin yang mampu membangun negara ini. Perguruan tinggi menjadi tempat yang penting untuk melahirkan sumber daya manusia berkualitas.
Para dosen bekerja keras, bahkan dengan fasilitas yang terbatas, agar generasi penerus memiliki kemampuan dan kejujuran yang baik. Mereka seperti penjaga gawang ilmu pengetahuan yang memastikan setiap inovasi, penemuan, dan teori yang masuk ke Indonesia disaring dan disesuaikan dengan kebutuhan rakyat.
Saat ini, Indonesia menghadapi tantangan baru, yaitu persaingan dalam era digital dan globalisasi. Kemerdekaan yang kita pertahankan saat ini juga berarti memiliki kemandirian dalam teknologi dan kedaulatan data. Peran dosen kembali berada di garda depan, tidak hanya dituntut untuk mengajar, tetapi juga diharapkan menjadi inovator, peneliti, dan pemimpin dalam pengembangan teknologi. Dosen muda dan senior di seluruh Indonesia kini merancang kurikulum yang relevan, memimpin riset tentang kecerdasan buatan, energi terbarukan, hingga bioteknologi.
Dosen bagaikan arsitek yang membangun fondasi bagi industri masa depan, sehingga Indonesia tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga pembuatnya. Dengan demikian, kemerdekaan intelektual yang mereka bangun kini berkembang ke ranah digital, memastikan bangsa ini tetap relevan di tingkat global.
Menjelang usia emas kemerdekaan yang ke-80, saatnya kita memberikan apresiasi lebih besar kepada para dosen, pahlawan yang terus berjuang di dalam ruang kelas dan laboratorium, mendedikasikan hidupnya untuk mencerdaskan bangsa. Dari tangan mereka lahir generasi pemikir, pemimpin, dan inovator yang akan memastikan cita-cita kemerdekaan Indonesia tetap hidup dan berkembang. (red)
Leave a Reply