Kepala Sekolah: Pemimpin Perubahan

Sebuah Tanggapan terhadap Disertasi yang menyoal tentang Peran Kepala Sekolah sebagai Pemimpin Perubahan

Dr. H. Fadlullah, S.Ag., M.Si.
Dekan FKIP UNTIRTA

Pengantar

Senin, 20 Oktober 2025 menguji kandidat doktor pendidikan, Fahmie Firmansyah, di Aula Kartiwa Kampus Untirta Pakuptan. Fahmie menilai kepemimpinan Kepala sekolah perlu ditingkatkan. Kepala sekolah adalah pemegang visi utama dalam mengarahkan cita-cita satuan pendidikan menuju mutu yang berkelanjutan. Ia memimpin proses audit mutu, supervisi pembelajaran, dan pembinaan kinerja guru untuk memastikan setiap peserta didik memperoleh pengalaman belajar terbaik.

Dalam konteks satuan pendidikan dasar, khususnya SMP di kota industri seperti Cilegon, peran kepala sekolah menjadi semakin strategis. Ia tidak hanya berfokus pada administrasi, tetapi juga pada pembentukan karakter, kecerdasan, dan kesiapan siswa menghadapi masa depan yang dinamis. Tujuan akhirnya ialah menumbuhkan peserta didik yang siap belajar mandiri, melanjutkan studi, dan menempuh jalan belajar sepanjang hayat.

Pioneer: Pemimpin yang Menemukan Jalan Baru

Sebagai pioneer, kepala sekolah di Cilegon harus mampu membaca arah pembangunan kota industri yang terus berkembang. Ia menghubungkan visi pendidikan sekolah dengan kebutuhan dunia kerja, kemajuan teknologi, dan potensi lokal masyarakat industri.

Program pembelajaran dirancang agar relevan dengan kehidupan nyata—misalnya dengan proyek kewirausahaan, literasi teknologi, dan penguatan sains terapan.

Guru diarahkan untuk menumbuhkan kecakapan abad ke-21: berpikir kritis, berkolaborasi, berkomunikasi, dan berkreasi. Dengan strategi ini, sekolah menjadi tempat tumbuhnya generasi muda yang tidak hanya pintar secara akademik, tetapi juga adaptif terhadap tantangan industri.

Kepemimpinan pionir juga berarti berani melakukan inovasi yang berakar pada budaya dan kearifan lokal. Kepala sekolah menggagas program unggulan yang mencerminkan identitas daerah, seperti pembelajaran berbasis lingkungan industri ramah energi atau penguatan etos kerja khas masyarakat Cilegon.

Siswa dikenalkan pada dunia kerja bukan untuk dieksploitasi, tetapi untuk memahami pentingnya disiplin, tanggung jawab, dan ketepatan waktu. Dengan kolaborasi bersama dunia industri dan pemerintah kota, sekolah melahirkan generasi pelajar yang memiliki kesiapan karier sejak dini tanpa kehilangan nilai kemanusiaan dan spiritualitas.

Kepala sekolah yang berpikir pionir juga menciptakan jejaring kemitraan luas antara sekolah dan dunia luar. Ia membuka pintu bagi kerja sama riset kecil, kunjungan edukatif, dan pelatihan kejuruan ringan bagi siswa SMP.

Dengan dukungan guru yang kreatif, sekolah dapat menyusun kurikulum kontekstual yang menanamkan keterampilan berpikir ilmiah dan kepedulian sosial. Anak-anak belajar bahwa industri tidak hanya tempat bekerja, tetapi ruang pengabdian untuk menghasilkan manfaat bagi sesama. Dengan begitu, sekolah menjadi ekosistem belajar yang menyatu dengan kehidupan masyarakat sekitar.

Coach: Pembimbing yang Menumbuhkan Bakat

Sebagai coach, kepala sekolah menempatkan pengembangan profesional guru sebagai prioritas utama. Ia menyadari bahwa mutu pendidikan sangat bergantung pada mutu guru. Karena itu, kepala sekolah menumbuhkan budaya reflektif: guru tidak hanya mengajar, tetapi juga terus belajar dan mengevaluasi diri.

Ia mendorong guru untuk merancang pembelajaran yang menumbuhkan bakat dan kecerdasan majemuk siswa—baik dalam logika, bahasa, seni, maupun kinestetik. Dengan coaching yang tepat, guru menjadi fasilitator yang peka terhadap minat belajar siswa dan mampu mengarahkan potensi mereka secara optimal.

Dalam konteks SMP di kota industri, kepala sekolah membantu guru memahami pentingnya keseimbangan antara akademik dan vokasional. Guru diarahkan untuk menciptakan pengalaman belajar yang memadukan teori dan praktik, seperti projek sains terapan, rekayasa sederhana, atau karya kewirausahaan.

Melalui pendekatan ini, peserta didik tidak hanya menguasai pengetahuan, tetapi juga memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah nyata. Kepala sekolah memastikan setiap guru mendapat pelatihan berkelanjutan agar mampu mengintegrasikan teknologi digital dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, sekolah menjadi pusat lahirnya generasi inovatif yang siap menghadapi dunia industri masa depan.

Kepala sekolah juga menumbuhkan komunitas belajar (learning community) di kalangan guru dan tenaga kependidikan. Forum seperti lesson study, peer coaching, dan refleksi rutin menjadi wadah berbagi praktik terbaik. Dalam suasana ini, guru saling mendukung, bukan bersaing.

Kepala sekolah berperan sebagai fasilitator yang menjaga agar semangat belajar bersama tetap hidup. Dengan budaya kolaboratif tersebut, sekolah bergerak dari organisasi yang “mengajar” menjadi organisasi yang “terus belajar”.

Kepala sekolah sebagai coach peduli pada kesejahteraan emosional dan spiritual para pendidik. Ia menyadari bahwa guru yang bahagia akan menularkan energi positif kepada siswanya. Karena itu, kepala sekolah membangun lingkungan kerja yang harmonis dan saling menghargai.

Ia mengimbangi antara kedisiplinan dan kelembutan, antara target kinerja dan dukungan kemanusiaan. Di bawah kepemimpinannya, guru bukan hanya pekerja pendidikan, tetapi pembelajar sejati yang menginspirasi muridnya untuk mencintai ilmu.

Inspirator: Teladan dan Penggerak Komunitas Belajar

Sebagai inspirator, kepala sekolah menjadi teladan utama dalam integritas, ketekunan, dan semangat belajar. Ia menunjukkan bahwa kepemimpinan sejati bukan tentang kekuasaan, tetapi tentang pelayanan dan ketulusan.

Kepala sekolah inspiratif hadir di tengah guru dan siswa, mendengarkan aspirasi mereka, serta memberikan bimbingan dengan hati. Ia menegakkan disiplin dengan contoh nyata, bukan dengan perintah. Dalam dirinya, nilai dan tindakan berpadu menjadi energi perubahan yang menular ke seluruh warga sekolah.

Inspirasi kepala sekolah juga terlihat dalam kemampuannya menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajar (learning organization). Semua unsur sekolah—guru, siswa, dan staf—dilibatkan dalam proses belajar kolektif yang berkelanjutan.

Kepala sekolah menumbuhkan budaya refleksi dan inovasi agar setiap pengalaman, baik keberhasilan maupun kegagalan, menjadi sumber belajar. Ia mendorong penggunaan teknologi digital untuk berbagi ide, dokumentasi praktik baik, dan kolaborasi lintas sekolah. Dengan cara ini, sekolah berkembang menjadi komunitas pembelajar yang terbuka, adaptif, dan siap menghadapi perubahan zaman industri.

Sebagai inspirator, kepala sekolah juga memastikan bahwa prestasi peserta didik bukan hanya dinilai dari angka, tetapi dari karakter dan kemandirian mereka. Ia mendorong guru menumbuhkan kepercayaan diri, kemampuan berpikir kritis, dan kecintaan belajar pada siswa. Di SMP yang dipimpinnya, setiap anak diyakini memiliki bakat unik yang harus dibina.

Melalui kegiatan ekstrakurikuler, projek sosial, dan lomba inovasi, bakat-bakat itu diarahkan agar tumbuh seimbang antara intelektual dan moral. Sekolah menjadi ruang di mana setiap anak berhak berprestasi sesuai potensinya.

Kepala sekolah inspiratif juga mampu menghidupkan semangat belajar sepanjang hayat. Ia menanamkan kepada siswa bahwa pendidikan bukan tujuan akhir, melainkan perjalanan terus-menerus menuju kematangan diri. Ia mendorong siswa untuk berani belajar mandiri, membaca luas, dan mencoba hal baru tanpa takut gagal.

Nilai inilah yang membentuk generasi Cilegon yang tidak hanya siap studi lanjut, tetapi juga siap berkontribusi bagi bangsa dalam bidang apa pun. Sekolah pun berperan sebagai jembatan menuju masa depan yang lebih berdaya dan bermakna.

Penutup

Kepala sekolah adalah pemimpin perubahan yang menggerakkan seluruh ekosistem pendidikan. Sebagai pioneer, ia menyelaraskan visi sekolah dengan potensi kota industri dan kebutuhan masa depan kerja. Sebagai coach, ia membina guru agar mampu menumbuhkan bakat, kecerdasan, dan prestasi peserta didik secara berkelanjutan.

Dan sebagai inspirator, ia menyalakan semangat belajar sepanjang hayat di seluruh warga sekolah. Di tengah denyut industri yang tak pernah berhenti, kepala sekolah menjadi penjaga nilai-nilai kemanusiaan dan ilmu pengetahuan. Dari sekolah seperti inilah lahir generasi yang cerdas, mandiri, dan siap membangun Indonesia dengan hati dan akal budi.

Daftar Pustaka

Kemendikbudristek. (2023). Panduan Kepala Sekolah Penggerak. Jakarta: Direktorat Jenderal GTK.

Fullan, M. (2014). The Principal: Three Keys to Maximizing Impact. San Francisco: Jossey-Bass.

Senge, P. (2006). The Fifth Discipline: The Art & Practice of the Learning Organization. New York: Doubleday.

Wahjosumidjo. (2013). Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Robbins, S. P., & Judge, T. A. (2019). Organizational Behavior. Pearson Education.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *